Minggu, 04 Maret 2012

Psikologi Kontemporer

Sejarah
Diawali pada abad ke 19, dimana saat itu berkembang 2 teori dalam menjelaskan tingkah laku, yaitu:
Psikologi Fakultas dan Psikologi Asosiasi

A. Psikologi Fakultas
   Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan, menurut teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam beberapa ‘fakultas’ yang meliputi: berpikir, merasa dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas: kita mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imaginer, dan sebagainya.

B. Psikologi Asosiasi
    Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada dasarnya adalah ‘asosiasi ide.’ Dimana ide masuk melalui alat indera dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.
    Dalam perkembangan ilmu psikologi kemudian, ditandai dengan berdirinya laboratorium psikologi oleh Wundt (1879) Pada saat itu pengkajian psikologi didasarkan atas metode ilmiah (eksperimental) Juga mulai diperkenalkan metode intropeksi, eksperimen, dsb. Beberapa sejarah yang patut dicatat antara lain:
  • F. Galton > merintis test psikologi.
  • Charles Darwin > memulai melakukan komparasi dengan binatang.
  • A. Mesmer > merintis penggunaan hipnosis
  • Sigmund Freud > penggunaan katarsis
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan
    Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kekompleksan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.

A. Laboratorium Wundt
    Pada tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman. Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih mamahami manusia telah ditemukan walau tidak terlalu memadai. dengan berdirinya laboratorium ini pula, lengkaplah syarat psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan, sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.

B. Berdirinya Aliran Psikoanalisa
    Semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya.

C. Berdirinya Aliran Behavioris
D. Berdirinya Aliran Fenomenologis

Fungsi psikologi sebagai ilmu
Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
a. Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
b. Memprediksikan, yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
c. Pengendalian, yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
 
Pendekatan Psikologi
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu :
A. Pendekatan neurobiologis
   Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.

B. Pendekatan perilaku
   Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S – R atau suatu kaitan Stimulus – Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.

C. Pendekatan kognitif
    Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.

D. Pendekatan psikoanalisa
   Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

E. Pendekatan fenomenologi
    Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

Kajian Psikologi
     Mengingat psikologi merupakan kajian ilmu yang luas, mempelajari perilaku manusia beserta segala atributnya, yang pada akhirnya sedikit banyak bersentuhan dengan bidang ilmu lain, misal biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam, sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial, dan lain lain. Hal tersebut kemudian menyebabkan munculnya aliran psikologi baru yang dinamakan psikologi kontemporer. 
      Ada 6 pendekatan kontemporer  dalam psikologi, antara lain tingkah laku, psikodinamik, kognitif, ilmu saraf perilaku, psikologi evolusioner, dan sosiokultural. Pengetahuan akan pendekatan-pendekatan ini sangat penting, karena banyak perdebatan dan kontoversi dalam ilmu psikologi mencerminkan perbedaan dalam perspektif para peneliti
     Melalui 6 pendekatan di atas kemudian muncul 3 pemikiran:
Meskipun psikologi terkadang dapat kelihatan terfokus pada individual, umat manusia sangat bersifat sosial. Mereka membutuhkan orang lain untu memuaskan keinginan serta kebutuhan mereka. Orang tua, guru, rekan-rekan, teman-teman dan sahabat dalam hubungan dekat memainkan peranan penting dalam kehidupan hubungan social kita.
2.         Teori-teori dapat menolong kita untuk memahami kelakuan manusia pada umumnya, tetapi masih terdapat variasi individu yang besar. Tidak ada 2 kehidupan yang berjalan dengan cara yang sama. Teman kelas, orang tua dan anak-anak, guru dan murid, sahabat dan cinta seterusnya menemukan perbedaan mereka. Campuran gen-gen serta pengalaman anda tidak bisa diduplikasi
3.       Perlu diperhatikan juga bahwa satu pendekatan tidak perlu lebih baik dari yang lain. Beberapa pendekatan lebih berguna dalam beberapa situasi dan pada waktu tertentu dalam perkembangan bidang ini.

·         Pendekatan kelakuan
Pendekatan kelakuan menekankan pada studi ilmiah mengenai respon kelakuan yang dapat diamati dan penentu-penentu lingungan mereka. dengan kata lain pendekatan kelakuan terfokus pada interaksi dengan lingkungan yang dapat dilihat dan diukur. Teori kognitif sosial menekankan bahwa kelakuan bukan hanya ditentukan oleh kondisi lingkungan tetapi juga oleh bagaimana pemikiran-pemikiran memodifikasi pengaruh lingkungan pada kelakuan.

·         Pendekatan psikodinamik.
Pendekatan psikodinamik menekankan pada pemikiran bawah sadar, konflik antara insting biologi dan permintaan social dan pengalaman keluarga mula-mula. Pendekatan ini menyatakan bahwa insting biologi yang tidak dipelajari, terutama seksualitas dan impuls keagresifan, mempengaruhi cara seseorang berpikir.

·         Pendekatan kognitif
Memfokuskan pada proses mental yang terlibat dalam pengetahuan : bagaimana kita melangsungan perhatian kita, melihat, mengingat, berpikir dan menyelesaikan masalah.   

·         Pendekatan ilmu saraf kelakuan
Menekankan bahwa otak dan  system saraf adalah  Menekankan bahwa otak dan  system saraf adalah  hal sentral untuk memahami kelakuan, pemikiran, dan emosi. Ahli ilmu saraf percaya bahwa pemikiran dan emosi memiliki dasar fisik di dalam otak. 

·         Pendekatan  Psikologi Evolusioner
Pendekatan psikologi evolusioner menekankan pada pentingnya tujuan fungsional dan daptasi dalam menjelaskan mengapa kelaakuan terbentuk, termodifikasi dan bertahan. David Buss menyatakan bahwa hanya sebuah evolusi yang membentuk fitur-fitur fisik kita seperti bentuk tubuh dan tinggi. Evolusi juga secara tidak langsung mempengaruhi bagaimana kita mengambil keputusan, seberapa agresif kita , ketakutan kita, dan pola perkawinan kita.

·         Pendekatan sosiokultural
Pendekatan sosiokultural menjelaskan sebuah cara dimana masyarakat dan budaya lingkungan mempengaruhi kelakuan. Pendekatan sosiokulltural menyatakan bahwa pemahaman penuh dari tingkah laku seseorang membutuhkan pengetahuan tentang konteks lingkungan dimana  kelakuan terjadi

Pendekatan positif untuk psikologi
   Psikolog juga terkadang berpikir bahwa psikologi terfokus terlalu banyak pada aspek negatif dari kelakuan dan tidak terlalu banyak pada hal-hal positif. Psikologi berkaitan tidak hanya pada aspek negatif, tetapi juga pada aspek positif dari kehidupan.
   Salah satu dari pergerakan ini (kemanusiaan) muncul dipertengahan abad ke-20, psikologi positif mulai mendapatkan momentum pada awal abad ke-21 mari menyelidiki dua pergerakan ini
1.     
           Pergerakan kemanusiaan 
     Menekankan pada kualitas-kualitas positif seseorang, kapasitas untuk pertumbuhan positif, dan kebebasan untuk memilih nasib. Psikolog humanistic menekankan bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk mengontrol hidup mereka dan menghindari manipulasi oleh lingkungan.

2.       Pergerakan psikologi positif
 Secara kuat menekankan pada pengalaman yang dinilai seseorang secara subjektif (seperti kebahagiaan), sifat positif individu (kemampuan untuk mencintai), dan kelompok positif serta nilai sipil. (seperti kemampuan merespon).
Topik utama yang diteliti pergerakan psikologi positif yaitu :
  • Pengalaman yang  dapat dinilai seseorang secara subjektif seperti pengharapan, optimism, dan kebahagiaan
  • Sifat positif individu seperti kemamuan mencintai, bekerja, kreatifitas, talenta,dan skill interpersonal.
  • Kelompok positif dan nilaisipil seperi responsibilitas, belas kasih, tenggng rasa, jiwa social serta toleransi.  
(Penyaji: Bang Uyab)

Orang Gila Tetap Manusia


Seringkali kita melihat banyak orang gila yang berkeliaran di jalan-jalan. Pernahkah terlintas di benak kita pertanyaan-pertanyaan tentang mereka? Apa yang terjadi pada mereka sampai mereka menjadi gila? Dimana keluarga mereka? Apa yang mereka pikirkan? Mengapa mereka berkeliaran di jalan?  dan berbagai pertanyaan yang lainnya.  Banyak yang seharusnya kita pikirkan tentang mereka. Kesejahteraan mereka serta pengobatan yang layak bagi mereka seharusnya tetap diberikan baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Masyarakat seringkali hanya menganggap mereka sebagai sampah yang tidak berguna padahal mereka tetap adalah manusia yang sedang mengalami gangguan dan membutuhkan bantuan. Gila sendiri dalam dunia psikologi dan kedokteran disebut sebagai schizophrenia. Tetapi tidak semua orang dengan schizophrenia (ODS) adalah gila. Lalu apakah schizophrenia itu sendiri?

Schizophrenia merupakan salah satu gangguan jiwa (psikotik) yang dapat dialami oleh semua orang. Kata schizophrenia digunakan sejak tahun 1911, sebelumnya gangguan ini sudah dikenal sejak jaman Yunani dan Romawi tetapi gangguan ini dianggap sebagai ulah ‘roh jahat’. Sehingga pada jaman dahulu perlakuan yang diberikan kepada penderitanya adalah dipasung dan diasingkan. Gangguan ini ditandai dengan adanya perubahan ataupun ketidaksempurnaan pada fungsi otak sehingga kesadaran seseorang berubah. Mereka mengalami gejala positif (peningkatan sensitivitas, paranoid, halusinasi, dan delusi) dan gejala negatif (menurunnya aktivitas bergerak, menurunnya kemampuan berbicara). Para ahli kejiwaan sampai saat ini belum menemukan secara pasti apa yang menyebabkan terjadinya gangguan ini. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengalami gangguan ini, tetapi memang kemungkinan lebih besar dapat terjadi pada seseorang yang memiliki hereditas yang membawa gangguan ini atau yang serupa. Tetapi, gangguan ini tidak hanya dipengaruhi oleh hereditas melainkan juga oleh faktor psikologis seseorang dan lingkungannya.  Schizophrenia sendiri dibagi menjadi 5 tipe, yaitu:
1.        Paranoid Schizophrenia 
    Ditandai dengan adanya halusinasi dan delusi tetapi tidak ada tanda-tanda disorganisasi pada cara berkomunikasi dan perilakunya.
2.        Disorganized Schizophrenia
      Ditandai dengan adanya ketidakselarasan dalam berkomunikasi atau berbicara dan perilakunya. Individu hampir tidak memiliki emosi untuk ditunjukkan dan emosinya sangat labil tetap tidak katatonik.
3.        Catatonic Schizophrenia  
       Individu dikatakan katatonik jika ia memiliki minimal 2 gejala, antara lain: difficulty moving, resistance to moving, excessive movement, abnormal movements, and/or repeating what others say or do.
4.       Undifferentiated Schizophrenia
     Individu sudah memiliki gejala campuran yang mulai kompleks baik gejala positif maupun negatif dan tidak dapat digolongkan pada tipe di atas.
5.        Residual Schizophrenia
      Individu tidak mengalami gejala positif tetapi adanya peningkatan gejala negatif seperti tidak berbicara, tidak tertarik apapun. 

Gangguan ini sebenarnya sama dengan gangguan yang lain yang dapat disembuhkan ataupun diperkecil gejalanya. Tetapi, sayangnya banyak strereotype atau stigma masyrakat atas schizophrenia ini. Masih banyak kita jumpai bahwa orag gila dianggap terkena ‘roh jahat’. Hal ini menimbulkan konsekuensi yang berat bagi ODS. Mereka akan dipasung dan diasingkan agar tidak mengganggu orang lain dan membuat keonaran. Selain itu, masyarakat menganggap bahwa jika ada keluarga yang mengidap schizophrenia maka hal itu merupkan aib sehingga banyak orang tidak mau menikah dengan seseorang karena takut keturunannya mengidap  schizophrenia juga.Banyak keluarga merasa malu karena seseorang di dalam keluarganya dianggap gila. Oleh karena itu, beberapa orang sengaja menelantarkan atau membuang ODS ke tempat yang bukan daerahnya. Saat ini semakin marak kabar bahwa di beberapa tempat tiba-tiba terdapat orang gila yang berkeliaran di sekitar mereka padahal sebelumnya tidak ada. Seperti yang terjadi di daerah kawasan hutan Maliran Blitar dan di rest area jalur Pantura. Penduduk sekitar mengaku sering melihat kendaraan maupun truk asing melintasi dan berhenti di kawasan tersebut pada malam hari dan tiba-tiba di esok paginya mereka melihat ada beberapa orang gila berkeliaran. Warga sekitar merasa resah karena tidak jarang orang gila tersebut meminta makanan kepada warga sekitar. Selain itu, mereka takut bahwa orag gila tersebut akan bertinda agresif. 

Stigma di dalam masyarakat dan kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat maupun pemerintah menyebabkan ODS mengalami diskriminasi. Tidak jarang ODS yang sudah dinyatakan sembuh masih harus merasakan anggapan ‘miring’ tentang diri mereka. Lalu, bagaimanakah sebaiknya penanganan untuk mereka? Terdapat beberapa perlakuan pada orang gila, yaitu:
1.        Isolation
    Seperti yang banyak masyarakat lakukan yaitu mengisolasi dan mengasingkan ODS termasuk juga memasung.
2.        Deinstitutionalization 
       Menempatkan ODS di institusi resmi yang menangani mereka seperti RRSJ dan dinas sosial.
3.        Homelessness
       Perlakuan terhadap orang gila dengan cara obat jalan yaitu dirawat oleh keluarganya sendiri di rumah.
4.        Transinstitutionalization
       Perlakuan terhadap orang gila dengan jalan dibiarkan saja yaitu ditempatkan pada suatu tempat dimana dia bebas menjadi dirinya sendiri (dimana dia tidak akan menyakiti dirinya sendiri dan orang lain serta tidak mengganggu orang lain). Cara ini berangkat dari paham eksistensialisme yaitu setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri.

Menurut pendapat saya, perlakuan-perlakuan di atas kecuali isolation, akan dapat efektif diterapkan tergantung pada tingkat schizophrenia atau parah tidaknya schizophrenia yang dialami. Hal tersebut disesuaikan saja dengan keadaan keluarga dan ODS sendiri. Karena pengobatan yang diberikan kepada ODS juga tidak dapat dibilang murah. Terutama mengingat bahwa kebanyakan ODS harus mengkonsumsi obat selam hidupnya agar schizophren yang ia alami tidak memburuk dan ODS dapat beraktivitas layaknya orang normal. Hal ini juga tidak terlepas dari dukungan keluarga dan masyarakat yang berada di sekitarnya. Mereka membutuhkan orang lain yang menganggapnya normal dan mampu untuk beraktualisasi diri. Selain itu, memang perlu adanya upaya pemerintah dan dibantu oleh masyarakat untuk menertibkan atau menempatkan orang gila terutama yang berada di jalanan agar berada di tempat yang lebih layak. Optimalisasi peran dinas sosial perlu dilakukan agar mereka tetap mendaptkan kesejahteraan hidup. Selain itu, adanya peran masyarakat perlu ditingkatkan untk membantu kehidupan mereka. Seperti yang dapat kita lakukan adalah membantu mengedukasi masyarakat tentang schizophrenia itu sendiri dan menjelaskan kepada masyarakat bahwa gangguan ini dapat diminimalisir. ODS juga memiliki masa depan kecuali memang yang prognosisnya buruk. Selain itu, kita juga dapat membantu ODS untuk mendapatkan kelayakan hidup seperti meminimalisir diskriminasi pada mereka. ODS yang sudah dinyatakan sembuh dapat kembali beraktivitas dan bekerja secara normal. Oleh karena itu, melalui organisasi maupun LSM kita dapat membantu mereka untuk mendapatkan kembali apa yang menjadi hak mereka sesuai dengan kemampuan mereka. 

(Pemateri Arianingsih)